Peradaban di Luar Angkasa

Adakah peradaban di luar angkasa ? Sebuah pertanyaan abadi yang hingga kini belum terjawab tuntas. Dalam bukunya yang berjudul They Live in The Sky, Trevor James Constable berteori bahwa pemandangan aneh yang selama ini dilaporkan orang di langit adalah hewan-hewan antariksa.

Hewan antariksa tersebut merupakan jasad hidup berwujud amuba yang terdiri dari plasma. Dalam keadaan biasa, hewan-hewan itu tidak tampak oleh mata telanjang karena berada dalam kawasan infra merah dari spektrum elektromagnetik.

Kadang-kadang mereka muncul ke dalam bagian spektrum yang tampak, bergetar dalam cahaya kemerah-merahan hingga warna jingga, dan sering kali terlihat teramat terang menyilaukan. Karena terbentuk dari plasma, hewan-hewan itu mampu mengubah tingkat kepadatannya sehingga terkadang tampak bagaikan benda padat. Lingkungan hidupnya disinyalir di kawasan stratosfer ke atas, dan hewan-hewan tersebut bergerak dengan tenaga bio energi pada kecepatan yang amat tinggi, yang sekali-kali tampak dari bumi bagaikan meteor cemerlang yang membelah langit.

Berbagai hipotesis extra-terrestrial tak henti digencarkan para pakar langit yang ingin mendapat jawaban pasti atas teka-teki ada atau tidaknya peradaban di planet lain. Bahkan hipotesis extra-terrestrial yang cukup mengejutkan ialah yang disampaikan oleh Robert K.G. Temple, F.R.A.S. lewat bukunya, The Sirius Mystery, bahwa ia menemukan fakta yang membingungkan tentang suku Dogon.

Suku benua Afrika yang masih primitif itu ternyata memuja makhluk-makhluk yang mereka hubungkan dengan sistem bintang Sirius. Anehnya, tanpa peralatan-peralatan ilmiah yang canggih, suku Dogon mengetahui secara teliti gerakan maupun karakteristik “pengiring” bintang Sirius (yang dalam Al-Qur’an surat An-Najm : 49 dibahasakan dengan Syi’raa) yang sulit dipandang lewat mata telanjang.

Hipotesis Temple yang cukup berani menambahkan bahwa 3000 tahun sebelum Masehi, bumi purba pernah dikunjungi oleh makhluk-makhluk amphibi dari kawasan Sirius. Makhluk-makhluk asing tersebut berhasil menciptakan peradaban Sumeria dan Mesir Kuno.

Secara tilikan astronomis, Sirius merupakan bintang kembar yang jauhnya 8,7 tahun cahaya dari permukiman kita. Tatkala bintang Sirius tampak cemerlang di sebelah timur senja hari pada zaman Mesir Purba, para penduduk “siaga” karena mereka yakin bahwa musim penghujan akan segera tiba, yang akan menimbulkan banjir di Sungai Nil.

Dari sebab itulah maka muncul pemujaan terhadap bintang Sirius di Mesir, yang setelah beberapa abad masih dilakukan oleh bangsa Arab Jahiliyah. Namun, siapa tahu pemujaan terhadap bintang Sirius itu juga disebabkan oleh kunjungan para penghuni planet-planet yang mengiringi bintang yang sangat cemerlang itu. Andaikan benar, wisata antar bintang telah terjadi.

Pelacakan terhadap kemungkinan adanya kehidupan di antariksa lain terus dilakukan hingga zaman modern ini. Dari hasil foto mengenai planet Mars yang merah, sebagai hasil kejelian kamera Viking 1 dan Viking 2, tampaklah sesuatu yang bisa dijadikan bukti ilmiah bahwa di Mars pernah ada peradaban.

Lembaga Independen Amerika non profit yang menganalisis foto-foto dataran Mars menyodorkan sebuah foto yang menggambarkan arca muka manusia yang berukuran panjang 1,6 km. Lantas sebuah lagi yang menggambarkan sejumlah piramid bersudut lima.

Menurut lembaga tersebut, foto-foto unik yang dianalisis lewat komputer super canggih milik Massachussetts Institute of Technology di Amerika itu menunjukkan bahwa pada suatu rentang waktu purba, di planet Mars pernah berlangsung suatu peradaban.

Sudah banyak pula laporan yang tercatat jelas dari orang yang mengakui pernah melihat wahana asing atau bahkan pernah kontak dengan makhluk yang bukan manusia bumi.

Laporan tercatat yang cukup tua mengenai kehidupan di langit ialah berasal dari abad ke-15 sebelum Masehi, yang tertera pada buku harian Thutmosis III (Fir’aun Mesir Kuno, 1504-1450 sebelum Masehi). Laporan dalam papirus (tulisan kuno) Tulli tersebut berbunyi demikian:

“Dalam tahun dua puluh dua, dalam bulan ketiga musim dingin, pada jam keenam hari itu………..para penulis dari Rumah Kehidupan melihat adanya cahaya lingkaran api yang muncul di angkasa. Dia tidak memiliki kepala dan nafasnya berbau busuk. Panjang 1 rod, lebarnya 1 rod (5 m). Dia tidak bersuara. Karena kebingungan mereka bertiarap……….Mereka menghadap Fir’aun untuk melaporkan apa yang telah mereka lihat.

Baginda Raja merenungkan dan memikir-mikirkan persoalan itu. Sementara……beberapa hari kemudian, benda-benda itu bertambah banyak di angkasa…….Angkatan perang Fir’aun terus mengawasi benda-benda itu tatkala Baginda Raja berada di tengah-tengah mereka. Waktu itu adalah waktu setelah makan malam.

Lingkaran-lingkaran api itu kemudian tambah naik lebih tinggi di angkasa, menuju ke selatan. Ikan dan itik berjatuhan dari udara. Dan Fir’aun menyuruh mengambil kemenyan, yang kemudian dibakarnya untuk mendapatkan keamanan dan ketentraman dalam kehidupan rakyatnya……..“

Selanjutnya banyaklah kejadian aneh yang nampak dilangit, benda-benda bersinar terang yang berbentuk cakram berseliweran di angkasa luas sebelum pesawat terbang dirancang di dunia, abad demi abad, pemerintahan demi pemerintahan, dalam kejayaan S. Cecilius, G. Octavius, C. Siribonius, Julius Obsequens, Pertinax, Commodus, dsb. Sampai abad kedua puluh pada zaman komputer.

Sementara laporan unik semakin mengalir deras dari manusia awam, semacam melihat pendaratan piring-piring terbang, bahkan berjumpa dengan makhluk-makhluk pengendaranya. Para pakar langit pun mulailah tercengang-cengang dengan sesuatu yang aneh yang mereka saksikan sendiri lewat teropong-teropong bintangnya.

Kesaksian yang cukup unik yang sempat dicatat ialah tatkala John O’Neill, seorang editor sains dari New York Herald Tribune, tengah meneropong bulan pada malam tanggal 29 Juli 1953. O’Neill menyaksikan suatu benda semacam jembatan yang aneh, yang memanjang dua belas mil di daerah Mare Crisium Bulan yang sebelumnya benda semacam itu tidak ada.

Sementara penyaksian O’Neill dicemoohkan oleh astronom lain, muncullah kesaksian pakar bulan nomor wahid H.P. Wilkins dari Inggris yang menandaskan bahwa ia pun menyaksikan jembatan aneh yang tiba-tiba muncul itu.

Setelah itu, Patrick Moore, anggota British Astronomical Association juga melihat jembatan di bulan yang menghubungkan satu gunung dan gunung lain di dataran Mare Crisium atau Sea of Crisis.

Tidak kurang dari 800 buah laporan tercatat tentang keanehan bulan yang disampaikan oleh para astronom yang bisa dipercaya. Namun, yang lebih aneh lagi, 84 tahun sebelum kesaksian O’Neill, Swift dari Mattoon, menyaksikan objek-objek yang bergerak melintas permukaan bulan pada tanggal 7 Agustus 1869, 20 menit sebelum terjadi gerhana matahari total.

Bahkan lima tahun sesudahnya, tepatnya pada tahun 1874, Monsieur Lamey, pakar langit dari Prancis, melaporkan melihat objek-objek berjumlah banyak berwarna hitam berbondong melintas permukaan bulan.

Sekaitan dengan adanya peradaban di langit atau planet-planet lain itu, Al-Qur’an yang diwahyukan 14 abad yang lampau juga telah menginformasikan lewat beberapa ayatnya bahwa di langit pun Tuhan menciptakan makhluk yang berakal. Salah satu firman-Nya tentang hal tersebut adalah sebagai berikut :

“Setiap makhluk yang ada dilangit dan di bumi meminta kepada-Nya. Setiap hari ada urusan-Nya.” (Ar-Rahman: 29).

Author : Mawan Suganda
Judul asli : Adakah Peradaban di Luar Angkasa?