Unidentified Flying Object

Penelitian UFO yang dimulai dengan gencar semenjak isu jatuhnya sebuah UFO di Roswell, New Mexico pada awal Juli 1947. Penelitian ini tidak pernah berhasil mendapatkan bukti fisik mengenai keberadaan UFO, selain dari rekaman-rekaman kamera, dan beberapa artifak yang dikabarkan dikuasai oleh pihak militer negara-negara adi kuasa. Penelitian yang dilaksanakan secara resmi, misalnya "Project Blue Book", dan "Project Grudge", menemukan bahwa sekitar 95% laporan sighting yang masuk ternyata adalah kesalahan identifikasi, sedangkan 5% sisanya tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. 5% laporan sighting inilah yang membuktikan kalau Bumi memang dikunjungi oleh "sesuatu" yang asing dengan asal-usul tidak diketahui.

Menilik karakteristik UFO yang sangat canggih, maka kemudian muncul dugaan kalau mereka ini tidak mungkin dibangun olen negara manapun di Bumi, melainkan berasal dari luar angkasa.

Di sisi lain, para pengusung teori konspirasi percaya bahwa sebagian dari UFO yang beterbangan di angkasa adalah hasil rekayasa militer atas pertukaran teknologi yang mereka lakukan dengan peradaban asing. Beberapa saksi malah berani bersumpah kalau pada masa Perang Dunia I, Nazi telah berhasil membuat prototipe piring terbang dengan karakteristik mirip UFO, dan setelah kekalahan Nazi mereka melarikan diri dan bersembunyi di basis-basis militer di perut Bumi, atau di sisi gelap Bulan. Sedangkan di masa modern, UFO buatan manusia ini disinyalir sering diuji coba di Area 51, Groom Lake, Nevada, AS. Isyu yang membuat ngetop Area 51 ini juga berkaitan erat dengan isyu adanya badan ilmuwan "Majestik-12" (MJ-12) sebagai komite pengatur pertukaran teknologi antara pemerintah AS dengan peradaban asing dari luar angkasa.

Beranjak ke masa yang lebih silam, Erich Von Daniken malah beranggapan kalau manusia tidaklah berkembang secara mandiri dalam pencapaian prestasi peradaban mereka di masa silam. Menurut Daniken, kebudayaan-kebudayaan besar di masa silam banyak mendapatkan bantuan dari ras misterius yang disinyalir tidak berasal dari Bumi dan dianggap sebagai dewa, sebagaimana tersirat dalam peninggalan-peninggalan antik peradaban kuno.

Lebih lanjut lagi, Zecharia Sitchin, seorang ilmuwan ahli beberapa bahasa kuno, menafsirkan temuan arkeologi "The Dead Sea Scroll" sebagai catatan sejarah Sumeria yang menyatakan kalau ras Homo Sapiens adalah hasil rekayasa genetik bangsa Annunakki dari planet Nibiru. Ras dewa ini konon meninggalkan penerusnya di Bumi, yang lantas mengembangkan peradaban maju yang dikenal sebagai Atlantis. Setelah Atlantis hancur, keturunan dewa yang tertinggal ini lantas pindah ke dataran Mesir dan mendirikan Piramid.

David Icke, seorang Ufolog AS bahkan percaya kalau Bumi telah dikunjungi dan diperebutkan oleh beragam ras asing dari luar angkasa, dimana sebagian dari mereka masih ada dan hidup diantara manusia dengan menyamar.

Menurut sejarah, Indian Inca percaya kalau semua prestasi peradaban mereka bersumber dari ajaran seorang sosok dewa yang datang dari laut, dan memiliki nama "Quetzalcoatl". Suku Dogon di Afrika bahkan telah bisa memetakan peta bintang Sirius B, sebelum dunia ilmu modern mengenali adanya bintang kembar ini. Sedangkan legenda Indian Eskimo menceritakan bahwa pada masa silam, mereka ini diterbangkan ke Utara oleh dewa mereka dalam suatu "burung logam" dari daerah yang diduga sebagai Lemuria/Mu/Atlantis.

Diluar dari banyaknya data-data terkumpul yang mengacu pada kesimpulan bahwa UFO berasal dari luar angkasa, ada juga peneliti yang berani mengajukan teori kalau sebagian dari UFO yang tampak terlihat oleh manusia, sebenarnya adalah mahluk biologis. Ahli yang mendukung teori ini adalah Trevor James Constable yang mempergunakan istilah "Critters" untuk UFO biologis yang berhasil ia rekam dalam kamera dengan teknik pemotretan khusus.

Dari sudut spiritual dan kebatinan, UFO dipercaya sebagai kendaraan para mahluk cerdas dari dimensi lain. Mereka ini umumnya kasat mata, namun bisa dideteksi dengan mata bathin.

Dari sisi psikoanalisis, Jung menganggap fenomena UFO ini sebagai hal yang tidak nyata, dan hanyalah merupakan sesuatu ilusi yang berakar pada collective consciousnes yang menghubungkan satu individu dengan individu-individu lainnya di dunia ini.

Diantara pendapat-pendapat tersebut, manakah yang benar? Apakah kita terlalu terpaku pada perkembangan keilmuan kontemporer sehingga lalai untuk melihat fakta, bahwa alam masih menyimpan banyak misteri? Benarkah manusia itu satu-satunya mahluk cerdas di seantero jagad raya ini?